SUAMI ISTRI BERTENGKAR, SIAPA YANG HARUS MENGALAH ?

Rumah tangga mana yang sepi dari masalah ?. Rumah tangga siapa yang nyaris tak ada persoalan ?. Rasa-rasanya tidak ada. Bahkan tidak mungkin ada. Karena rumah tangga yang paling mulia saja, yakni Rasulullah Saw dan para istrinya pun pernah mendapatkan ujian.

Begitu juga pertengkaran, atau perdebatan antara suami istri, adalah hal yang “biasa” selama bisa disikapi dengan benar.

Seperti kata pepatah, tidaklah mudah menyatukan dua kepala. Dua pribadi dengan latar belakang berbeda. Dua selera. Dua karakter.

Ketika pertengkaran terjadi, siapakah yang harus mengalah ?. Apakah selalu harus istri yang meminta maaf ?. Apakah meminta maaf adalah “haram” bagi suami ?.

Logika manusia bisa saja berpendapat, suami sebagai pihak yang lebih dewasa dan bijak, haruslah mampu memaafkan. Mampu mengalah.

Namun di dalam Islam, istri haruslah taat kepada suami dan mencari keridhaannya. Bukankah Rasulullah Saw bersabda : “Suamimu adalah surgamu atau nerakamu" (Al-hadits).

Di tengah kebuntuan antara ego dan tuntunan Islam. Adakah jalan keluarnya ?.
Sungguh Islam adalah jalan keluar yang hakiki. Ada konsep mendasar yang tidak banyak dipahami oleh pasangan yang berumah tangga. Wajar karena selain jarang mendapat tempat di media. 
 
Konsep Islam tentang rumah tangga adalah salah satu yang paling banyak diserang oleh ide feminisme. Termasuk syariat poligami, mereka menyerangnya secara membabi buta, tanpa mau mempelajari hikmah-hikmah yang disyari'atkan-Nya. Sehingga jarang umat Islam mau memahami hikmah-hikmah semua yang disyariatkan oleh Pembuat Syariat Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Sempurna.

Suami Istri = Sahabat
Baca Juga: Kekuatan Takdir
Pertama perlu dipahami, bahwa hubungan suami istri dalam Islam adalah hubungan persahabatan. Bukan mitra kerja.

Suami adalah qawwam (pemimpin), namun kepemimpinan suami bukanlah kepemimpinan yang otoriter.
Kepemimpinan suami adalah kepemimpinan yang "ma'ruf".

Seperti perintah Allah Ta'ala di dalam Al Quran :

وعاشروهن بالمعروف


"Dan hendaklah (para suami) mempergauli mereka (para istri) dengan (cara yang)  ma'ruf" (QS An-Nisaa' : 19).

Ma'ruf disini artinya adalah bergaul dengan penuh persahabatan, kelemah-lembutan, cinta, kasih sayang, tolong menolong, memahami, peka, meringankan dan lain sebagainya.

Sehingga terciptalah rumah tangga sakinah.

Dalam ayat lain, bahkan Allah menegaskan hak para istri atas suaminya :

وَلَهُنَّ مِثلُ الَّذِي عَلَيهِنَّ بِالمَعرُوفِ


"Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf" (QS Al-Baqarah : 228).

Sahabat Ibnu Abbas RA menyatakan : "Aku suka berhias untuk istriku, sebagaimana aku suka meminta dia berhias untukku".

Hal ini karena sahabat Ibnu Abbas RA memahami ayat di atas.

Rasulullah Saw pun telah memberikan banyak teladan, bagaimana bergaul dengan para istri beliau. Sungguh beliau bukanlah qawwam yang otoriter yang menggunakan ayat-ayat Al-Quran sebagai “senjata” untuk mengalahkan atau menundukkan para istri beliau.

Namun sungguh beliau telah memahami isi Al-Quran itu, dan mendidik mereka dengan cara yang sangat ma’ruf.

Bergaul secara ma’ruf ini bukanlah tentang karakter romantis atau tidak, tapi tentang kewajiban suami.

Sementara itu kewajiban istri adalah mencari ridha suami dan taat pada hal-hal yg diperintahnya (selama tidak melanggar syariat).

Istri perlu memahami, bahwa suaminya memiliki hak yang sangat besar atas dirinya.

Rasulullah saw bersabda : "Di antara hak suami adalah seandainya dari hidungnya mengalir darah dan nanah, lalu istrinya menjilatinya, yang demikian itu belum cukup menunaikan hak-haknya. Seandainya seseorang diperbolehkan bersujud kepada sesamanya, aku pasti akan memerintahkan istri  bersujud kepada suaminya ketika dia masuk ke rumahnya, karena Allah mengutamakannya atas istrinya" (Al-Hadits).

Syaikh Nasi Asy-Syafi’i dalam kitabnya As’adu Zawjatin Fil Alami menyatakan : "Dengan demikian taat kepada suami adalah puncak ibadah. Apabila anda melakukan segala kebaikan, tetapi anda durhaka kepada suami, snda tidak akan mendapat wangi surga".

Wahai para istri, tidakkah kita menangis membaca ungkapan di atas ?.

Istri Adalah Kelembutan

Berumah tangga adalah berinter-aksi setiap saat dengan pasangan kita. Karenanya, selain ilmu tentang hukum-hukum Islam dalam rumah tangga,  suami istri juga perlu belajar memahami karakter satu sama lain, agar dapat  berkomunikasi dengan tepat.

Sehingga tercipta hubungan yang saling memahami, bukan menuntut. Apalagi menuntut (dengan emosi) menggunakan dalil-dalil. Yang terjadi justru “perang dalil” dengan dibimbing syaithan, bukan cahaya Ilahi.

Dan perlu kita pahami bahwa Islam menghendaki kita (para wanita) sebagai sumber kasih sayang dan kelemah-lembutan.

Rasulullah saw bersabda : "Istri-istri kalian yang termasuk penghuni surga adalah yang penuh kasih sayang, subur dan dekat dengan suaminya. Jika suaminya marah, dia datang dan meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata : "Aku tidak bisa tidur hingga engkau ridha terhadapku" (Al-Hadits).

Artinya, banyak mendekat dan meminta maaf kepada suaminya.

Hadist itu bukan mau merendahkan wanita atau bentuk diskriminasi/ketidakadilan bagi wanita.

Tapi hadist itu menegaskan, bahwa sifat wanita yang hakiki adalah lemah lembut dan lapang hatinya.

Dan kelemah lembutannya inilah yang akan membuat "suami takluk" kepadanya.
Banyak testimoni dari para istri, bahwa ketika mereka menggunakan cara-cara lembut, mengalah, menunjukkan rasa cinta, suami menjadi lebih paham apa yang diinginkan wanita dan menjadi bersikap lebih baik.

Sayangnya karakter hakiki wanita ini seolah sangat sulit kita wujudkan di tengah derasnya ide gender dan feminisme. Sifat lemah lembut itu menjadi terkikis. Menjadi kompetisi dalam kesetaraan. Bukan sifat penyayang dan pemaaf,  yang ada adalah perasaan gengsi sebagai istri. Suami disayangi hanya sebatas materi.

Padahal sejatinya, berumah tangga adalah salah satu ibadah. Tujuannya hanya satu : "MENGHARAP RIDHA ALLAH".

Dan ketaatan istri kepada suaminya, bukanlah bentuk merendahkan diri di hadapan suami, namun ketinggian kedudukannya di hadapan Allah Ta'ala.  Karena Allah-lah yang memerintahkannya. Dia adalah Dzat yang Maha Adil, Maha Sempurna.

Semoga Allah melapangkan urusan keluarga kita, membukakan jalan keluar dengan jalan Islam. Dan menjadikan keluarga kita, jalan menuju jannah-Nya.
Wallahu a’lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SUAMI ISTRI BERTENGKAR, SIAPA YANG HARUS MENGALAH ?"

Post a Comment